Selasa, 08 Juli 2008

Mengenal jenis-jenis plastik


Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat



Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.


Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.

Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.

Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?



# 1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/ tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.



# 2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.




#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.



# 4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.



#5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.



#6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.



# 7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.

Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.

Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.

Semoga informasi ini bermanfaat.


Sumber : Read More......

Rabu, 02 Juli 2008

Pesan di dalam diam

temans.... artikel ini bagus banget deh buat kita sebagai orang tua....

PESAN DI DALAM DIAM
Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, justru tercatat sebagai anak yang bermasalah.Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot.

Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika "Apa yang kamu inginkan ?" Dika hanya menggeleng."Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?" tanya saya. "Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat.Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.

Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (sangat cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemapuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160. Ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (rata-rata cerdas).Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untukmengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa factor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat sayaberkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.

Ketika psikolog itumenuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku ...."Dika pun menjawab : "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja"Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjawalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya.Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dikaperlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana, diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak- kanaknya.

Ketika psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dikapun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu"Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain,menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itujustru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.

Ketika psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..." Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya" Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir- hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anaksebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.

Ketika psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak...." Dika pun menjawab "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalahdosa."Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apayang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya.Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisamenjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuatkesalahan yang serupa.

Ketika psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang....." Dika pun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yangmenurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikangurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya.Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwakecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.

Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang ....." Dika pun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentangkesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidakpernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maafkepadaku". Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia,orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana,yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalauperlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tuakepadanya.

Ketika psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari...." Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar. "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium danmemeluk adikku."Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi sayasudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadaribahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak- anaknya seringkalioleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.

Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiaphari....." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata"tersenyum" Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak- anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.

Ketika psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku...." Dika pun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yangbagus." Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan.Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata "Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki. Waktu itu saya merasa bahwa panggilan tersebut wajar-wajar saja, karena hal itu merupakan sesuatu yang lumrah di kalangan masyarakat Jawa.

Ketika psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku...." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya.

Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja disebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hakanak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choise" sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan". Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat.Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang- kadang jengkel, ternyata ada banyak "Pesan yang tak terucapkan".Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para ayah (orang tua) tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para ayah harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.

(Sumber: Ditulis oleh Lesminingtyas)
Copyright @ 2004 SUARA MERDEKA (artikel di RESONANSI)
Read More......

Selasa, 01 Juli 2008

Membalas dendam sebelum cerai

Membalas Dendam Sebelum Cerai

Seorang teman baru saja membagi pengalamannya lewat Yahoo Messenger. Dikatakan bahwa ia saat ini sedang dalam kesedihan mendalam. Bukan karena hidupnya kini berada dalam bahaya, bukan pula karena pekerjaannya kini tak teratasi. Tapi ia sedih karena sebuah berita bahwa temannya yang telah menikah kini merencanakan sebuah perceraian. Ia sedih. Namun ia sendiri menemukan dirinya tak berdaya, ia tak tahu apa yang layak diperbuatnya agar mampu menyelamatkan kehidupan keluarga temannya tersebut.
Ketika mendengar sharingnya tersebut, saya teringat beberapa tahun lalu. Saya berhadapan dengan sebuah keluarga di parokiku yang juga dirundung masyalah perceraian. Sebagai imam muda yang belum bermakan garam, saya menanyakan bagaimana solusi terbaik kepada teman pastor senior, yang juga merupakan wakil superiorku. Namun aku dikejutkan oleh jawabannya. Nothing is everlasting under the sun.
Tak ada yang kekal di bawah kolong langit ini.¡¨ Demikian jawabnya santai. Ia menambahkan bahwa ada begitu banyak imam yang nota bene harus mempertahankan imamatnya hingga kekal, justru meninggalkan imamatnya. Kita mungkin memiliki teman yang dulunya seorang imam namun telah meninggalkan imamatnya. Lebih dari itu, ada begitu banyak pasangan hidup berkeluarga, yang pada awalnya diwarnai cinta menggebu-gebu terhadap pasangannya dan berjanji satu sama lain tak akan saling berpisah hingga kekal, kini justru berusaha meninggalkan pasangannya. Kata-kata pastor senior di atas nampaknya aneh, tetapi amat sangat nyata. There is nothing everlasting under the sun. Tak ada yang kekal di bawah kolong langit ini¨, walau kita percaya ada kekekalan. Kita percaya Allah itu kekal, kita percaya ada kehidupan yang kekal. Namun itu adalah kekekalan dunia masa datang.
Temanku tadi masih menanti jawabanku, bagaimana membantu teman yang hidup perkawinannya kini bagaikan telur di ujung tanduk. Aku teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh J. Allan Petersen. Petersen berkisah tentang seorang pastor yang dikunjungi oleh seorang ibu sambil membawa serta kebencian yang membara terhadap suaminya. Aku tak hanya ingin agar ia menghilang dari hadapanku. Tetapi aku menginginkan agar ia mengalami hal yang sama seperti yang aku alami. Sebelum bercerai dengannya, aku akan berusaha untuk menyakitinya sedemikian dalamnya sebagaimana yang pernah ia lakukan terhadap diriku. Aku ingin menyakitinya lalu membuangnya bagaikan seonggok sampah.¨
Sang pastor dengan tenang memberikan sebuah anjuran yang amat bagus. Aku setuju dengan rencanamu. Sakiti suamimu sebelum engkau menceraikannya. Tapi tahukah engkau cara yang terbaik untuk menyakitinya? Pulanglah ke rumahmu, dan berusahalah menunjukan betapa engkau seakan-akan mencintainya dengan sungguh. Ungkapkan itu baik lewat kata-katamu maupun lewat tindakanmu. Tunjukan bahwa engkau begitu mencintainya, bahwa engkau begitu care terhadap dirinya, bahwa engkau adalah seorang wanita yang tahu memaafkan, wanita yang mengayomi suamimu. Berikan kata-kata pujian kepadanya, dan katakan kepadanya bahwa engkau tak akan mungkin hidup tanpa kehadiran dirinya. Dan yakinlah bahwa suamimu akan amat tersentuh oleh perubahan dalam dirimu. Dan justru di saat itulah, buanglah bom yang kini engkau simpan, saat itulah katakan kepadanya bahwa engkau ingin menceraikannya. Yakinlah, saat itu suamimu akan mengalami penderitaan yang paling pedih dalam hidupnya, suatu penderitaan yang tak akan pernah dilupakan selama hidupnya.¡¨
Sang wanita tersebut setuju dengan anjuran sang pastor. Ia yakin bahwa suaminya tak hanya akan kehilangan dirinya, tetapi bahkan akan kehilangan hasrat untk hidup. Suaminya akan dilanda depresi yang teramat dalam. Ia kembali dan bertindak seakan-akan¨ ia amat mencintai suaminya, seakan-akan ia amat care terhadap suaminya, seakan ia adalah seorang wanita yang sungguh mendengarkan.
Tiga bulan berlalu. Wanita tersebut tak pernah kembali mengunjungi sang pastor untuk menyelesaikan proses perceraian. Lalu sang pastor menelponnya dan bertanya Apakah anda siap untuk cerai?¨
Cerai? Aku kini tak pernah berpikir tentang perceraian. Aku menemukan bahwa aku sungguh amat mencintai suamiku.¡¨ Jawab sang wanita tersebut. Ternyata tindakan seolah-olah¨ itu telah mengubah perasaannya. Tindakan selalu berkata lebih kuat dari pada perasaan. Kemampuan untuk mewujudkan cinta in action selalu lebih kuat dari pada perasaan¨ yang disembunyikan dalam hati.
Sumber : Tarsis Sigho -
Read More......

Bunga bakung

Bunga Bakung
Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya. Ia menjengkeli gurunya.

Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: 'Pernahkan engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?' Anak itu menggelengkan kepala.
'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.' Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan dengan penuh hati.
'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang. Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan.' Anak itu memahami maksud ibunya.
___________
-Kembang bakung seorang guru yang mengajar: 'Hidupmu ada di telapakmu sendiri, bukannya dalam genggaman tangan orang lain.'
Sumber : Tarsis Sigho
Read More......

Lemper ayam


Sumber : Seri buku masak Femina "Masakan dan kue Indonesia" modified by allenmoms
Sabtu siang 28 Juni 2008 nyoba nyoba resep, lemper aja deh pilihannya, lemper ayam ini sebenarnya bisa di masak secara pedas, untuk konsumsi dewasa, tapi berhubung banyak anak kecil cabenya dihilangkan
tapi teteup enyaaaaaak kok
fotonya ada, dari kmrn malem coba2 upload gambar tapi blm berhasil juga .... masih gaptek nih
foto nyusul ya....

Lemper Ayam

Bahan-Bahan :
½ kg ketan
500cc santan dari 1 butir kelapa
1 sendok teh garam
2 lembar daun pandan
daun pisang untuk pembungkus

Bahan isi:
5 cabe rawit merah
5 cabe merah keriting
½ ekor ayam(± ½kg) ( lebih disarankan bag dada krn lbh berserat)
1 lembar daun salam
1 potong lengkuas, dimemarkan
1 batang serai, dimemarkan
1 sendok makan minyak goreng
250 cc santan dari ½ butir kelapa

Bumbu yang dihaluskan
3 lbr daun jeruk ( modified by allenmoms)
1 sendok teh ketumbar
4 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 butir kemiri
sedikit asam jawa
1 sendok teh garam
1 sendok makan gula pasir
/secukupnya
Cara Mengolah :

Cara membuat isi lemper :
1. Rebus ayam sampai lunak, lalu suwir-suwir tipis selagi panas kepul2 ya, krn kl sdh dingin lbh susah, disarankan pake 2 garpu untuk mencabik cabik daging ayam biar ga panas . Sisa rebusan ayam jangan dibuang, bisa buat masak sup ato tumisan biar lbh sedap.
2. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan minyak hingga harum.
3. Masukkan salam, lengkuas dan serai.
4. Setelah baunya harum masukkan ayam dan aduk-aduk supaya rata.
5. Tambahkan santan dan aduk lagi sampai kering.
( tambahan : suwiran tadi kan blm halus , di haluskan lagi dengan cobek ya spt abon ayam itu lhooo)
Cara membuat lemper :
1. Rendam ketan dalam air selama kira-kira 2 jam, tiriskan.
2. Kukus ketan setengah masak (± 20 menit).
3. Siram dengan santan yang sudah di didihkan bersama garam dan daun pandan. Aduk rata.
4. Masukkan lagi ke dalam dandang dan kukus sampai masak (± 30 menit).
5. Setelah matang dinginkan ketan di atas tampah yang sudah dialasi dengan daun pisang.
6. Ratakan setebal 1 cm, lalu potong-potong ukuran 7 x 4 cm.7.
Isi tiap potong dengan 1 sendok teh isi lemper. (kepal2 dengan sarung tangan plastik biar padat)
8. Gulung dan rapatkan ujung-ujungnya
.9. Bungkus dengan daun pisang.
Note : Isi lemper ini rasanya agak manis .
Read More......